Selasa, 02 November 2010

Feel

Terkadang kesel juga sih, kalau nanya sesuatu ke pramuwisma (eufimisme untuk pembantu. kenapa ya kata ‘pembantu’ kesannya kasar dan merendahkan? padahal memang dari kata dasar bantu, dengan awalan me-. hm), dan mereka sok sok ngga denger? Mungkin males kerja kali ya, ngga papa sih. Kadang sebagai pejuang HAM (cie), saya suka pengen memaklumi kalau terkadang manusia pasti punya batasan, dan harus dihargai hak-haknya. Kadang mungkin mereka ngerasa cape sampai pada akhirnya cuma pengen leha-leha sambil goyangin pinggul secara diam diam di bawah selimut sambil berdendang mendengarkan musik dangdut yang (menurut kuping saya) hampir semua lagunya nadanya sama.

Akhirnya, pertanyaan “Mba, baju yang warna putih ini sudah di setrika belum?” itu sampai detik ini ngga terjawab, padahal saya lagi berada di depan pintu gerbang kepramuwismaaan. Laju 5 langkah ke depan, mungkin saya udah bisa marah marah sok sinetron (tanpa pake efek zoom in zoom out dengan ritme yang sesuai dengan lagu backsound tak berlirik) kepada mereka, kalo kata montir sih.. di”gas” dikit. Ehm, naon..
Tapi dipikir-dipikir, buat apa sih manusia marah? Buat apa gitu kita mengeluarkan amarah ketika kita sedang merasa ingin mengeluarkan, memanifestasikan perasaan amarah itu? Beberapa kali saya sering terjebak dalam kemarahan saya sendiri dan rasanya ternyata kalau bener bener dirasain, aneh. Perasaan itu aneh, semua perasaan itu aneh seperti teman baru yang sok kenal padahal belum kenalan. Hehe.

Marah, seneng, sedih.. Itu semua perasaan. Perasaan, sempet terpikir, munculnya darimana ya? Saya pernah berbingung-bingung ngomongin hal ini, dan berujung kepada kebingungan yang abadi. Wets! Hehe. Kalau misalnya kita lagi sedih dan baru disakitin (hmm), aneh aja gitu! Hati (bukan lever, bukan jantung), pokoknya ada sesuatu yang ngga tampak secara fisik tapi sering kita sebut hati, ya pokoknya yang terletak di sekitar daerah dada sebelah kiri, itu sakit. (pengecualian buat para wanita di luar sana yang lagi mens mungkin dadanya agak terasa sakit terlebih dahulu haha). Sakitnya kaya ditusuk, hmm.

Jadi sebenernya, perasaan itu letaknya dimana? Apa perasaan itu sebenarnya hasil dari pemikiran? Hasil dari otak? Kayanya sih iya (sotoy nih kayanya, haha), karena saya sering ngerasa kalau kita merasa senang karena beberapa alasan, misalnya karena memori yang pernah menampung perasaan yang sama dan dapat mengulangnya kembali dan mendeteksi perasaan kebahagiaan itu, atau pikiran yang membuat kita melihat sebuah kejadian dengan penuh apriori dan menghasilkan perasaan benci atau sedih. Jadi mungkin udah jelas (sotoy maning), kalau pikiran dan perasaan memiliki sebuah korelasi yang kuat. Tapi korelasi itu tidak selalu menyebabkan kausalitas. Hm?

Karena terkadang ada beberapa hal yang ngga bisa dijelaskan oleh ilmu, dan ada beberapa perasaan yang ngga bisa diukur dan dikualifikasi oleh pikiran, karena pikiran terkadang mempersempit volume dan intensitas sebuah perasaan.

That is why it is better sometimes to close our eyes and just feel.
Feel the universe sending all the love your way.
For we are all connected, we are one, we are us.
(Ehem, sok sok inspiratif. Haha!)


Tidak ada komentar: