Senin, 23 Agustus 2010

Budaya

setahun yang lalu, orang indonesia kelimpungan, kebakaran jenggot, kok budaya kita diambil sana diambil sini sih? tahu dipaten jepang, mega mendung diaku malaysia, tari pendet dimasukan ke dalam iklan wisata malaysia, beberapa motif batik lain diakui perancis. trus indonesia, tempat kelahiran si artefak budaya itu, kebagian apa?

kenapa..
kenapa semua negara berbondong-bondong mengakui budaya Indonesia? kenapa Indonesia diincar. tapi, budaya Indonesia itu yang mana sih? jangan-jangan Indonesia aja yang GR, mengaku semua budaya Indonesia. hayooo... yang mana budaya Indonesia?

selama puluhan tahun, yang diperkenalkan sebagai baju adat nasional, ya cuma kebaya, kain jarik, dan baju tersanggul. trus yang pakai koteka, diberangus. kata mereka sih dibuat jadi beradab. dibuat jadi punya etika. etika yang mana ni? nilai yang mana? apa di papua memang ada nilai bahwa yang pakai kaus oblong itu jauh lebih beradab dari yang pakai koteka? beradab itu apa sih?

lalu, setelah penyeragaman yang dulu itu, muncul lagi yang baru. sekarang, yang (dianggap) seksi juga dikebiri. jaipong tak lagi berseri. tak pantas. tak bermoral. mengumbar hawa nafsu. weh... siapa yang nafsu? siapa yang nyuruh situ nafsu? situ yang nafsu kok jaipong yang disalahin? salahnya ga bisa menahan hawa nafsu.

dulu, siapa yang peduli untuk melestarikan tari pendet dalam skala yang besar-besaran? siapa yang peduli sama tari pendet sebelum diklaim bangsa lain? Ibu (sok) modern mana sih yang mendaftarkan anaknya untuk les karawitan? jangan-jangan Indonesia memang agak kurang ramah dengan budaya yang lahir dan berkembang di tubuhnya.

ada yang bilang, "pemerintah sih ngga peduli, ngga dipaten budayanya". sungguh saya bingung dengan statement itu. pertama, budaya Indonesia itu ada jutaan. kalau mau dipaten semua, jangan-jangan hutang pemerintah akan bertambah tiga kali lipat dari sekarang sekadar untuk bayar paten. kedua, dari buku  yang saya baca, bahwa negara yang berdekatan tak hanya bertukar artefak tapi juga bertukar budaya. saling mempengaruhi satu sama lain. jadi, gimana kalau mereka juga bisa membuktikan bahwa budaya tersebut sudah turun menurun berada di wilayahnya. ketiga, emang budaya kayak buku ya? bisa dipaten.

maksudnya gini, kalau buku kan jelas ya. saya nulis buku, ya saya pegang hak paten. atau sekelompok orang bikin model pesawat terbang, ya hak patennya juga jelas dipegang para pemilik ide itu. tapi kalau budaya? siapa yang punya? suku bangsa tertentu? tapi, suku bangsa kan tidak terbatas teritori.

misalnya Indonesia mematenkan tari pendet. jadi hak nya tari pendet ada di negara Indonesia. tapi, kalau ada orang Bali, yang turun temurun tinggal di Afghanistan trus mereka mau art performance tari pendet dengan bayaran super mahal, apa mereka ga berhak? mereka bukan warga Indonesia lagi. tapi kan mereka adalah orang Bali dengan tradisi Bali. masa ga boleh menarikan tradisi nenek moyangnya.

misalnya lagi, di iklan pariwisata Malaysia itu juga ada ditampilkan budaya India. apa India lalu marah-marah dan membakar bendera Malaysia? jangan-jangan malah orang-orang India di Malaysia justru senang. mereka sudah diakui negara sebagai bagian dari Malaysia, sebagai warga negara yang setara dengan etnis melayu dan cina di sana.

meski malaysia sudah menyebalkan.
tapi apa iya Indonesia juga sudah menjadikan budaya yang ada menjadi tuan rumah di tanahnya?
apa iya, budaya itu terbatas pada batas teritori? batas otoritas? batas negara tertentu?

Tidak ada komentar: