Senin, 08 Februari 2010

Renungan di pagi hari

Perlahan dengan pasti ku buka pintu depan secara pelan tanpa ada suara, desau angin menyusup dari sela pintu yang baru saja sedikit kubuka terhirup kesegaran dan kelegaan setelah sekian waktu nafasku sesak terkurung dalam kamarku yang begitu sempit dan sesak, aku pun menarik nafas panjang dan lalu melepaskannya perlahan setidaknya rasa sesak itu perlahan pupus menghilang berharap hati dan pikiran menjadi lebih tenang, detik jam begitu nyaring terdengar di luar rumah dengan seiringnya pagi yang begitu senyap dan sunyi seakan-akan di bumi ini tidak ada penghuninya yang tinggal.

Rasa sesak itu perlahan pupus menghilang.. aku mengulangi kalimat itu dalam batin. Hei, mengapa sepertinya aku tengah tersadar pada satu pencerahan? Ya, aku coba untuk menganalogikan rasa sesak yang tercipta itu sebagai beragam perasaan di hati yang bertumpuk-tumpuk dan tak terkendali di pagi hari seperti perasaan yang bercampur aduk, rasa kecewa yang membuat kita tak mampu memaafkan sebuah kesalahan!

Aku tertegun. Barangkali selama aku belum pernah bisa membuang perasaan-perasaan yang kerap membuat hatiku begitu sesak, aku tak akan pernah menemukan ruang di hati yang sesungguhnya begitu lebar dan begitu luas. Ruang yang sebenarnya memberi kelegaan tak berbatas. Ya, sebab misalnya saja aku tidak bisa memaafkan kesalahan seseorang, maka sampai kapanpun rasa dendam itu masih ada dan menyita ruang kelegaan yang ada.

Aku percaya bahwa bila ruang kelegaan itu mulai terasa luas, rasanya seperti baru saja terbebas dari kemacetan jalan, terbebas dari antrian panjang, terbebas dari himpitan beban!


Tak terasa arlojiku sudah menujukan pukul 03.15 tidak ada rasa kantuk sedikit pun yang ada cuma hanya rasa gelisah yang bercampur aduk, dalam hati bergumam hei, kenapa ini ? apa yang telah aku lakukan ? ada apa yang sebenarnya terjadi! rasanya tidak percaya kalau suatu masalah yang begitu besar sedang aku lalui tapi sebesar apapun aku mesti lewati, menyelesaikan dengan baik dan tidak bisa lari begitu saja.


Aku tertegun dan lagi lagi bergumam dalam batinku apakah kesalahan aku begitu sangat patal ? sehingga dia begitu sangat benci padaku ? apa yang harus aku lakukan ? aku harus gimana ? aku mengingat lagi waktu mundur 30 menit yang lalu aku mengingat dengan jelas dan membaca sebuah pesan dengan kata-kata yang sangat teramat menyakitkan buatku, tanpa memikirkan perasaan aku waktu itu, sakit rasanya melebihi sakitnya di iris iris pisau tapi dalam hatiku aku mesti sabar mungkin dia menulis pesan seperti itu cuma hanya emosi yang meledak-ledak sesaat saja, aku berusaha memaafkan dia meskipun dia tidak minta maaf sedikut pun atas kata-kata yang telah di kirimkan lewat pesan itu.


Tanpa ku sadari mataku beralih ke sebuah hape lalu aku memutar lagu yang ada di hape dan tak menyangka terdengar sebuah nada suara yang begitu merdu dengan syair seperti ini " semakin dalam ku merindukanmu, semakin jauh kau pergi dariku, semakin jauh ku mencintaimu, semakin dalam kau hancurkan aku " ( alexa ) saat mendengar syair lagu itu tak terasa air mataku mulai mengalir lagi dan aku bergumam dalam hati kecil ini lagu mungkin mewakili isi hati aku buat dia, apa mungkin seperti itu ? lagi lagi aku berpikiran yang tidak tidak, mudah-mudahan ini cuma hanya pikiran aku saja dan aku cuma hanya terbawa suasana dalam lagu itu.


Dalam hati aku berdoa mudah-mudahan masalah ini bisa cepat selesai, mudah-mudahan kita bisa bersama lagi tanpa harus ada penghalang apapun, mudah-mudahan ini hanya cobaan buat kita berdua, mungkin tuhan lagi menguji kita apa kita berdua bisa lalui semuanya ini? tapi aku yakin kita bisa melaluinya dengan baik, aku yakin kita bisa kaya dulu lagi, mungkin kita cuma hanya butuh waktu lagi untuk memulainya kembali, semoga masalah yang kita hadapi bisa terselasaikan, dan aku akan buktikan pada dia kalau aku bisa, aku mampu, aku bisa menjadi yang terbaik buat dia dengan seiringnya waktu yang berjalan pasti dan yakin aku bisa lalui semuanya ini, aku minta kepadamu ya tuhan berikanlah kita kesabaran dalam cobaan yang engkau berikan, bukakanlah pintu hatinya dia buatku agar kita bisa bersama lagi dan semoga dia bisa nerima aku apa adanya, dan sampai kapanpun aku akan meyayangi dia sampai ajal menjemputku...i love u so much


Dari luar rumah aku menatap langit pagi yang bertabur gemintang bintang. Barangkali ruang hatiku tidak selega langit luas. Tapi bila aku mulai belajar gimana cara menyikapi hidup ini, belajar gimana caranya bersikap, belajar gimana caranya bertutur kata, belajar gimana caranya bisa terbuka lagi ma dia, belajar gimana caranya memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain, baik disengaja ataupun lantaran kelalaian, ruang itu akan terasa lega dan seluas langit yang kulihat di atas, Setidaknya, bagi aku...




Tidak ada komentar: