Selasa, 09 Februari 2010

Menjawab Keinginanku

Mungkin dengan menulis lewat tulisan ini setidaknya ruang kelegaan itu sedikit terbuka luas, semua yang ada di benakku akan aku tumpahkan ke dalam sebuah tulisan yang bersemerautan ini :)


Kelopak mataku perlahan mengatup. Terpejam. Menihilkan segala yang tadinya jelas terlihat dalam pandang. Segala sesuatu yang semula benderang kini memudar, berganti gelap menyergap. Lalu tidak hanya itu, perlahan aku juga mencoba meniadakan apa yang tadinya ada di sekitar. Yang kurasa, kuhirup, kuraba, bahkan kudengar. Kini hanya ada aku, diriku, dan pikiranku. Barangkali inilah kesunyian paling sunyi yang pernah kualami. Ya, hanya aku sendiri. Sekali lagi, hanya aku sendiri.


Batinku bergumam. Hmm, sepertinya betapa bebas dalam kesendirian ini. Melepas pijak dari jerat gravitasi, ringan melayang dalam buana imajinasi. Harum rerumputan dan tanah basah sisa gerimis membasuh pagi. Bias garis lengkung pelangi. Semilir angin lembut menyibak anak rambut di dahi. Kicau burung riang berdendang, menyapa bunga-bunga yang tersenyum mengembang.
Aku terkesima, begitu mudahkah sesungguhnya imajinasi tercipta? Bahkan seolah mampu sejenak mengenyahkan rasa kalut yang tengah bergayut.


Tiba-tiba muncul satu pertanyaan dalam benak yang membuatku tersentak. Bila konon tak ada yang abadi di dunia sejati, bagaimana dengan dunia imajinasi? Mungkinkah keabadian ada dalam dunia imajinasi?
Kini aku terpana. Baru saja cermin hidup keseharian terbias dari sana. Ya, kerap tak pernah kita sadari bahwa begitu mudahnya sebuah pertanyaan lahir hanya demi pembenaran sebuah pernyataan. Bahkan, kerapkali kita pun lupa menyadari bahwa sebuah jawaban sebenarnya tak melulu lahir dari sebuah pertanyaan.


Aku terkesiap. Sebuah pertanyaan? Ya, beberapa menit yang lalu, aku menanyakan sesuatu pada diriku. Apakah yang saat ini aku inginkan? Aku belum mampu menjawab. Aku pikir, mungkin dengan mata terpejam, akan kutemukan jawaban yang terpendam.


"Hei. hei, hei! kenapa diem ???"
"Woi.. jangan bengong gitu doong..!"


Perlahan keriuhan yang ada mengisi bejana kesunyianku. Aku tergugah. Mataku mengerjap pada silau cahaya televisi. Di dunia imajinasi hanya ada aku sendiri. Tapi di dunia sejati, ternyata aku tak sendiri. Ada mereka. Sahabat-sahabat terdekat. membuatku menyadari betapa kehidupan ini terasa tak ada arti tanpa sahabat-sahabat terdekat.


Kini, tanpa memejam mata, sepertinya aku tau apa keinginanku..

Tidak ada komentar: